Saya libur lagi (baca: tidak masuk kerja ke kafe), tidak ada rencana
kemana-mana di hari Jumat ini
sebenarnya. Pekerjaan rumah mencengkeram rencana-rencana bepergian saya. Saya
bangun
pagi (?) pada jam sebelas siang. Makan pagi
jam sebelas lebih sedikit, dan mandi pada jam sebelas
lebih banyak. Sebenarnya saya juga
ingin bangun lebih awal, ingin sesekali dekat dan akrab dengan vitamin D.
Saya selalu bangun dengan kondisi seperti orang kekurangan air di sebuah perjalanan panjang
padang pasir. Ayah saya juga libur
hari ini (baca: tidak masuk kerja ke
restoran). Ia luangkan diri dan 2
harinya kedepan untuk pindahan rumah. Ia
memindahkan meja, tempat tidur,
jepitan uban, jam
dinding, seperti memindahkan masa
lalu dari tangan kiri ke tangan kanan.
Tapi barang-barangnya yang
terlalu banyak tak bisa masuk seketika ke rumah baru, ke perasaaan baru.
Semalam
adik bungsu saya menelepon, membagikan
kesedihannya. (ia sudah beberapa bulan hidup di pondok pesantren) ia
kabarkan kesedihan berupa uangnya yang hilang. 200 ribu. Tapi Dua
ratus ribu tidak bisa membuat telinga saya yang dihubunginya jadi
ikut bersedih. Dia sempat menangis dan saya tidak sempat ikut
menangis.
Tapi mamak saya tersedu. Ayah saya tersedu.
Ayah+saya memutuskan menengoknya hari ini.
Sirojuth Tholibin
nama pesantrennya. Ada di daerah
Mranggen,